Saturday 21 May 2016

SADIS - DIAJAK ML TIDAK MAU!!! AKIBATNYA KAYU CANGKUL DITANCAPKAN DARI KEMALUAN SAMPAI DADA DALAM KEADAAN HIDUP


Diambil dari Tangerang, kini.co.id – Pembunuhan buruh pabrik di Tangerang Eno Fariah (18) sudha terungkap. Tersangkanya juga sudah diamankan kepolisian. Apa sebenarnya alasan pembunuhan yang menancapakan cangkul di kemaluan korbannya itu?

Informasi dihimpun KiniNEWS, Rabu (18/05/2016) ada tiga tersangka yang membunuh Eno di mess tempatnya bekerja.

Yakni Rahmat Arifin alias Arif (23), Imam Harpiadi (23) dan RAL (15) punya motif yang berbeda. Tetapi ketiganya punya motif yang sama saat membunuh korban, yakni dendam terhadap korban.

Tersangka Rahmat Arifin alias Arif (23) adalah rekan kerja korban di pabrik yang sama di mana korban bekerja di PT PGM, Dadap, Kosambi, Tangerang. Arif bekerja sebagai helper, sementara korban bekerja sebagai operator.

Kalap saja. Jengkel karena dikatain jelek. Tiap kerja, tiap lewat. Sering kerja bareng. Dia kan operator di atas, saya helper, ” ujar Arif di ruang penyidik.
Rasa sakit hatinya atas ucapan korban itu rupanya sudah memuncak. Sampai ada kesempatan masuk ke dalam mes korban ketika mendapati tersangka RAL di depan mes korban, akhirnya Arif langsung melampiaskan kekesalannya itu pada korban.
“Enggak tahu, pokoknya pikiran sudah kalap lah. Pikiran kosong, sudah enggak mirikin apa-apa, intinya pengen masukin (gagang cangkul) saja. Kalap saja,” kata Arif menjelaskan soal mengapa harus memasukan gagang cangkul ke kemaluan korban.
Sementara tersangka Imam juga mengaku kesal dengan korban. Buruh di sebuah pabrik paralon itu mengaku membunuh korban lantaran sakit hati cintanya tidak terbalas.
“Suka sama korban, sedikit,” ujar Imam.

Imam bahkan saat pergi dari rumahnya sudah membawa sebuah garpu yang kemudian digunakan untuk menyiksa korban. Imam saat itu berperan memegangi tangan korban dan membekap wajah korban dengan bantal.

Imam pun bahkan baru mengenal korban selama 2 minggu. Imam kerap menghubungi korban via SMS dengan rayuan-rayuannya, namun tidak pernah dibalas korban. “Dapat nomor hape korban dari temen-temennya, sering SMS tapi enggak pernah dibalas,” imbuh Imam.

Lain lagi dengan RAL. Dia yang sempat bercumbu dengan korban, mengaku ikut membunuh karena kecewa dengan penolakan korban ketika mengajak berhubungan badan.
“Saya kecewa saja ditolak sama dia pas mau berhubungan badan,” ujar RAL.


Thursday 19 May 2016

Sebuah cerita berjudul "AKU SERING BERBICARA KOTOR, WAJAHKUPUN KINI MENYERUPAI MONYET " Diambil dari kisah nyata

Disini ada sebuah humor
menganai seorang gadis desa yang kebiasaan salah ngomong, atau kebiasaan
Menucapkan kata-kata Kotor.
Langsung saja kita simak humor ngakak di bawah ini okay.

Aku sering Berbicara Kotor, Wajahkupun kini menyerupai Monyet.
Jadi ada seorang gadis desa yang sudah berumur, Sebut saja namanya Roabalang.
Roabalang masih gadis, namun umurnya sudah lewat dari 30 tahun.dia sudah
dipaksa orang tuanya untuk menikah, karena sebayanya sudah pada memiliki
anak. Namun roabalang adalah gadis yang jelek, dan itulah yang membuat dia
susah menikah dan belum mendapatkan jodoh.

Selain jelek, Ternyata Roabalang memiliki kebiasaan buruk yaitu, sering
mengucapkan kata-kata yang jorok atau kata-kata yang tidak pantas untuk
dikatakan. Contohnya jika ia sedang marah, maka sering dia mengatakan kata
kotor seperti, Ah.. monyet.. Atau babi kau.
namun yang pantas ditiru dari dia adalah, meski memiliki wajah yang sangat jelek,
namun dia sangat pandai memasak.

Suatu saat, dia hendak memasak ikan mas. dan Roabalang pun langsung bergegas
mencari rempah-rempahnya untuk bumbu-bumbu masakanya. Kebetulan di
belakang rumahnya ada sebuah Pohon kemiri, sehingga dia tinggal mencari kemiri
yang jatuh di belakang rumahnya. Namun, Tanpa diduga, Si roabalang pun melihat
ada sebuah botoh yang tertutup. dia langsaung saja mengambilnya dan membuka
botol tersebut, dan ternyata keluar Jin. Sehingga terjadi percakapan antara Jin
dan Roa balang.

Jin : Terimakaih.. Setelah saya berada disini hampir sejuta tahun, ahirnya hri
ini saya terbebas karena bantuanmu. Sebab itu, sebagai ucapan terimakasih
saya, maka saya berikan permintaan, dan akan terkabul. Jika uang kamu minta,
maka uanag pun akan banyak, dan jika kamu minta mobil maka mobil pun akan
ada.

Roabalang : ( Agak Ragu-Ragu ) Benarkah? Bagaimana caranya?
Jin : Ok, saya Bakarlah nanti Kemiri yang kamu bawa, sesampai di rumah.
Setelah meletus, maka Ucapkanlah permintaan kamu dan akan terkabul. Dan
apa yang kamu minta akan permanen dan tidak di ulang.
Setelah percakapan ini terjadi, dengan cepat .. Bergegas si roa balang pulang
kerumah. Dan dia masih kebingungan apakah itu benar apa tidak.Untuk
menghilangkan keraguanya, maka Roabalangpun mencoba seperti apa yang telah
dikatakan si jin.

Karena dia ingin sekali cantik, dan ingin cepat dapat jodoh, maka permintaan yang
akan dia mau adalah kecantikan.

Roabalang mulai menyalakan api dan setelah itu, dia mulai membakar Kemiri
tersebuat sambil melipat TAngan dan menutup mata mempersiapkan kata-kata
( AKU INGIN CANTIK SEKALI ) dan menunggu kemiri Meletus. Namun Tiba-tiba
Kemiri yang dia bakar pun ahirnya meletus. duuuarrrrrrr...... Entah karena apa, dia
pun sangat terkejut dan karena dia sering mengatakan kata-kata kasar, Maka
langsung saja dia bilang. Ehhh.. Monyet...

Akibatnya, wajah dan tubuh si roa balang pun menjadi sepert monyet, Dan seperti
yang dikatakan jin tadi, semua permanen dan tidak bisa di kembalikan.
Akibat roabalang salah ngomong, maka wajahnya pun selamanya seperti monyet.

Keimpulan:
Jagalah Mulut dan jilatlah lidah sebelum ngomong. Ala bisa karena biasa, jangan
sampai kita seperti cerita diatas. Oke,,,,, Semoga terhibur ya.

PERAMPOKAN DI ONAN GANJANG, KEC. ONAN GANJANG

Komplotan perampok yang melakukan aksi ya tepatya
di Onan Ganjang kabupaten Humbahas berhasil dibekuk oleh satuan reksrim
Polres Humbahas sebanyak 2 orang, Senin (16/5) pagi.

Mereka adalah, Deni Saputra, 29 warga Jambi dan April Simanungkalit, 33 warga
Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), sementara Deni harus di hadiahi
timah panas karena tindakan melawan.

Kini kedua perampok itu sudah diamankan di Polsek Onan Ganjang bersama
barang bukti satu buah pisau milik Deni. Setelah satu hari dari komplotan ini yang
sebanyak empat orang melakukan aksi perampoknya disebuah warung lemang
milik Holang Marbun, 62, warga Dusun 4 Desa Parbotihan Kecamatan Onan
Ganjang Kabupaten Humbahas pada, Sabtu (14/5) lalu sekira pukul 22.00 WIB.
Kapolres Humbahas AKBP Rustam Mansur melalui Kasubag Humasnya Ipda R
Sianipar mengatakan, setelah kejadian pada Sabtu lalu, timnya yang tergabung
langsung bergerak melakukan pengejaran. Dari empat orang pelakunya, dua
berhasil diamankan.

Menurut Sianipar, penangkapan pada kedua tersangka itu awalnya dari
perkembangan tersangka Indra yang diamankan oleh warga. Dimana, tersangka ini
dicurigai yang saat itu sedang duduk-duduk dipinggir jalan sembari menunggu
angkot.

Karena mencurigai, wargapun langsung melaporkan secara diam-diam ke pihak
Polsek Onan Ganjang. Petugaspun yang mendapatkan laporan dari warganya
langsung saja sesampainya Indrapun diringkus. dan iapun diboyong ke Mapolsek.”
Pertama diamankan Indra, saat itu dianya hendak menunggu mobil angkot,” ucap
Sianipar.

Berkembang dari pengakuan Indra, Denipun selanjutnya diburu. Iapun dikabarin
masuk ke hutan dekat sekitaran perkampungan pedesaaan Parbotihan tersebut.
Tak membutuhkan waktu lama, Deni berhasil diringkus. Sayangnya, Deni malah
kena timah panas karena sempat melakukan perlawanan.

”Dari pengembangan, Deni pun kita kejar ke hutan tepatnya Desa Parbotihan dari
situ kita amankan. Namun karena tersangka Deni ini melawan maka kita beri
timah panas,” ujar Kasubag Humas.

Sementara itu, dua rekannya lagi, TS mantan residivis dan marga Sitohang masih
diburu. Kabarnya, kedua tersangka ini juga masuk ke hutan. Pemburuanpun masih
dilakukan pihak Polres Humbahas didampingi pihak Polsek Onan Ganjang yang
dipimpin langsung oleh Kapolseknya Iptu Nover Gultom.

”Kalau yang dua lainnya itu masih kita buru itu dipimpin oleh Kapolsek Onan
Ganjang didampingi tim kita dari Polres, Brigadir Harjo Purba, Brigadir Yusril
Simanjuntak, Brigadir Zuinanda Lubir dan Bripka Gursing,” tambah Sianipar.
“Mereka-mereka ini juga yang mengamankan Deni di hutan,” sambung mantan
petugas di Polsek Lintong Nihuta ini menjelaskan.

Lebih lanjut dijelaskan Sianipar, modus perampokan para tersangka ini ternyata
sudah terencana. Korban, Holang Marbun, 62 pengusaha lemang menjadi target
mereka. Rencanaya, uang milik Holang dari hasil lemang itupun akan disikat,
selain itu satu unit sepeda motor Vixion baru milik anaknya.

Dan bila berhasil, aksi inipun akan dilanjutkan ke daerah Kecamatan Pakkat. “ Aksi
koboi ini tidak disitu, mereka bila berhasil akan di lanjutkan di daerah Pakkat. Nah,
aksi mereka ini ada panduan dari salah seorang sebagai kaki mereka. Dan ini
sudah juga kita kejar, namanya nanti ketika dia berhasil kita ringkus,” kata
Sianipar. (boy)

Diambil dari hetanews.com - Satuan Reserse Kriminal dari Polres Humbahas kembali berhasil membekuk kawanan perampok warung lemang di Onan Ganjang, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Senin (16/5/2016) sekira pukul 20.00 WIB.

Pelaku bernama Rantau Silaban (29) warga Dusun Bulian Baru Kecamatan Batin, Kabupaten Batang Hari,  Provinsi Jambi, ditangkap tepatnya dari lahan hutan sekitaran perkampungan Desa Parbotihan Kecamatan Onan Ganjang.

Saat ditangkap, pelaku yang menyelinap ke hutan terpaksa kedua lutut kakinya pun dilumpuhkan dengan timah panas, karena melawan saat berusaha kabur.

“Karena berusaha melawan, kita terpaksa melumpuhkannya,” kata Kapolres Humbahas melalui Kasubag Humas Ipda R Sianipar kepada awak media, Selasa (17/5/2016).

Kini, pelaku kelahiran Desa Mataniari Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbahas ini sudah diamankan. Namun karena kakinya mengalami luka berat akibat timah panas, dirinya pun harus menginap di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dolok Sanggul. “Karena lukanya, kita bawa dia ke rumah sakit. Saat ini dia sudah dirawat,” sambung Sianipar.

Dia menjelaskan, penangkapan terhadap pelaku atas pengembangan dari kedua rekannya yang sebelumnya berhasil ditangkap yakni Deni dan April. “Jadi pelaku ini kita kejar usai pengembangan dari dua pelaku yang sebelumnya sudah ditangkap,” ujarnya.

Sekedar diketahui, Rantau merupakan mantan residivis pada kasus pembunuhan terhadap salah seorang warga di Kecamatan Parlilitan. Diduga, pelaku ini adalah otak dari perencanaan perampokan ini. “Saat ini, satu pelaku lagi masih dalam pengejaran itu rekannya berinisial  marga Sitohang,” tambah Sianipar.

Hingga berita ini dikirimkan, Rantau tampak masih dalam kondisi tidak berdaya akibat luka pada lutut kaki kiri dan kanannya kena peluru timah panas. Menurut pihak medis, pelaku ini bisa mengalami amputasi karena luka parah pada kakinya tersebut.

Sementara, barang bukti yang diamankan polisi antara lain, sepeda motor merek Yamaha Jupiter berwarna merah dengan nomor polisi (nopol) BB 4195 BE,  picis sarung senjata jatam berupa pisau sangkur warna hitam merek US, sabit, sepasang sepatu, sandal, topi berwarna biru dan kayu bakar dengan ukuran 88 cm dan lebar 6 cm.

Friday 13 May 2016

Purba Baringin

Purba Baringin

Karya

Karya

Manalu

Manalu

Pulo Godang

Pulo Godang, merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Pakkat, Kabupaten Humbang Hasundutan, provinsi Sumatera Utara, Indonesia.

Sipagabu

Sipagabu

Banuarea

Banuarea

Rura Tanjung

Rura Tanjung

Siambaton

Siambaton

Purba Bersatu

Purba Bersatu

PAKKAT HAUAGONG

Pakkat Hauagong





















Sijarango I

Sijarango I

Sijarango

Sijarango

Peadungdung

Peadungdung

Purba Sianjur

Purba Sianjur

Panggugunan

Panggugunan

Parmonangan

Parmonangan

Siambaton Pahae

Siambaton Pahae

Rura Aek Sopang

Rura Aek Sopang, Pakkat, Humbang Hasundutan
Rura Aek Sopang merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Pakkat,
Kabupaten Humbang Hasundutan , provinsi Sumatera Utara , Indonesia .

DIKUTIP DARI HUMBAHAS, SUARATAPANULI.COM – Petani di Desa Rura Aeksopang,
Kecamatan Pakkat, menyurati Pemkab Humbahas bermohon agar
pembangunan tali air Aek Batu yang sudah dibangun tahun 2015 lalu
dilanjutkan hingga ke pembuangan. Permohonan itu disampaikan
mereka melalui surat resmi kepada Bupati Humbahas.

Nomor suratnya: 033/DRAS/2016 yang diketahui Camat Pakkat dan
Kepala Desa Rura Aek Sopang Binsar Sihotang, ditujukan kepada
Bupati Humbahas Cq Dinas Pertanian.

Binsar Sihotang menyebutkan, surat permohonan pembangunan itu
hasil keputusan musyawarah, khususnya warga pemanfaat tali air Aek
Batu. Ia mengatakan, tali air tersebut sudah dibangun sepanjang 330
meter pada tahun 2015 lalu. Hanya saja perlu dilanjutkan lagi
sepanjang 250 meter untuk sampai ke areal pembuangan.
“Akibatnya air pada tali air tersebut tidak keluar ke pembuangan,
malah akhirnya menggenangi persawaan warga sekitar,” ujar Binsar
kemarin di Doloksanggul.

Dia juga menjelaskan, warga pemilik lahan telah bersedia memberikan
sebagian lahannya untuk pembangunan lanjutan tali air, tanpa ganti
rugi. Hal itu dibenarkan warga pemilik lahan antara lain Parlin Manalu
(49), Masko Situmorang (45), Saur Hasugian (52 dan Hasiholan
Sihotang (50).

“Kami sangat membutuhkan tali air ini, sehingga kami akan merelakan
sebagian lahan kami untuk lokasi pembangunan lanjutan tali air itu
tanpa meminta ganti rugi,” ujar Parlin Manalu.

Mereka juga mengatakan, jika tidak ada kelanjutan pembangunan tali
air, maka sekitar 75 hektar lahan persawahan warga akan kewalahan
mengendalikan kebutuhan air. “Air memang tetap bisa ke sawah, tapi
kendala utama yang adalah kekurangan air jika musim kemarau, dan
banjir saat musim hujan. Jadi kami sangat berharap pembangunan tali
air itu dilanjutkan,” pinta mereka.

Menyikapi hal itu, Kepala Dinas Pertanian Humbahas, Happy Silitonga
menyatakan akan berupaya merealisasikan permohonan petani.
“Sepanjang ada dananya,” kata Happy.

Sekian dari admin putra pakkat heryadik simatupang
Bagi ada kawan yang mau nambahin kirim ke email saya heryadik.simatupang1@gmail.com

Lumban Tonga-tonga

Lumban Tonga-tonga

Hauagong

Hauagong

PROFIL KECAMATAN PAKKAT KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN BESERTA DESA DI KEC.PAKKAT



Berikut ini adalah Profil Kecamatan Pakkat beserta desa yang ada di kecamatan pakkat




  1. Kondisi Geografis

DESA TUKKA DOLOK

Deskripsi Wilayah 
          

          Desa Tukka Dolok yang terletak di Kecamatan Pakkat Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan desa yang di kelilingin gunung dan memiliki panorama indah. Dengan batas desa sebelah utara berbatasan

Wednesday 20 April 2016

Mi orang batak dan mi orang cina.!!! Marlawak ma jo hita ateh

Mi orang batak dan mi orang cina

Di na sadari lao ma si OPPUNG mangallang MIE
tu langganan na, ima si ASENG na di Siantar i.
Sambil mangallang MIE si OPPUNG, makkata-hatai

Thursday 3 March 2016

CERITA - NA LAO MANGIDO PARMANISAN TU DATU

Najolo manang najukkani, ni ingot kodo masa-masa martandang.
Dohot wajah  pas-pasan lao ma iba martandang tu huta ni deba……
Je somalna do angka doli-doli mamereng haulion ni anak boru/namarbaju. Jala rata-rata do sudena

CERITA - Mungkin Hasomalan ni Jolma

       Bornginna i A. Puhut nungnga tung massai humasiksak paturehon paheanna na naeng laho boanonna tu Medan, ala 2 ari nai anakkonna namargoar si Puhut naeng wisuda di sada Universitas di Medan.

CERITA - poda ni Natua Tua Unang Leas Mambereng napogos

          Sai dipodahon natua-tua do tuhita, asa unang leas. Patudu hagijjang ni rohaon do molo adong leas ni roha dihita. Jala jolma na leas, tung so adong do dongan ni on, ala sude donganna jolma dianggap ditoruna, halak pe gabe mandao. Atung pe rupani dirohaniba, dang diboto nasida nanihataan on, ala didok roha, dang halak batak nasida, jadi tung ni hataan pe ibana dang diantusi i. Alai ima, manang beguaha pe i, unang leas. Husuhuthon ma jo namanggobarhon haleasan ni roha.
        Napuhut do OppuHolong mangalului ngolu di kota na ribur, Jakarta. Nian, nunga piga hali dipasingot amaniHolong, asa unang mangula be ibana. Nga marua daging, sap uban simanjujung. Dipangido amaniHolong, asa holan manjaga pahoppuna si holang ma dijabu. Alai didok oppuHolong, gabe hassit do dagingna molo so mangula ibana.
        Boi dohonon, sahalak na sukses do ibana. Sahalak tokke. Nata pe rupani tokke barang-barang bekas, palastik, seng nang na asing. Gabe tokke ni pamulung ma ibana di Jakarta on. Sian hanunutanna na papunguhon barang bekas, plastik boi ma ibana pasikkolahon anakkonna. Alai, ala diboto ibana do boha posruk na namangalului ngolu, ba molo lao ibana manang tudia, sai mar-bus do. Adong do mobilna na jeges. Alai dang di pakke i. Didok ibana, molo mar-bus boi papunguhon botol AQUA di dalan i.
        Dipamasuk ma tu kattong palastik sude akka boto aqua na dapotsa, jala diboan. Saotik tabba saotik ba boi gabe godang.
Dinasadari, mar-bus ma ibana terminal Senen. Jala songon na somal rupani, ditiop ibana do palastik na birong, inganan ni botol aqua on. Sangajo do ibana jonjong di bus i, asa boi diranapi, atik boha adong botol aqua marpeakan di toru ni bangku i.
“Tareek, beta ma, dang adong be i sewa i…tarik pirrrrr…..” ninna kenek on sian pudi. Huroa halak batak do kenek dohot supir on.
“Litan, litan, Cililitan…” ninna marsurak sian pittu i manjouhon akka panuppang. Sada di jolo sada dipudi.
Piga-piga leleng dukkon mardalan bus on, ro ma sahalak sian kenek i mardalan sian jolo papunguhon ongkos. Dihurtuhi dohot tanganna siamun, na gok hepeng logam i. “Ongkos…ongkos….” ninna kenek on. Songoni ma sian jolo sahat tu pudi.
“Asi nai roha mamereng amattaon neh, nga matua hape ikkon papungu palastik, nga marharukkut tangan i, jala mardalan pe nga mekkat-ekkat”
“Ah, nadibaen-baen do i lae, asa unang marongkos do i. Jalo lae ongkosna, didia dapot na pere-pere di portibion”
“Sobbu ma songoni lae, sahalak na do, asi roha” ninna siJamurhing, kenek na papupungoh ongkos on.
“Dang adong i lae, paula-ula ma dipanengel-nengel i, ai mamora do di Jawa an, nga hea hu ida, akka pargabus doi, jalohon ongkos ni i, molo dang dilean asa hupaturun” ninna siJatiolhas kenek na jonjong di pittu jolo i.
“Pak,..pak…ongkosnya pak, baru keluar pool ini, belum dapat setoran” ninna mandapothon oppuHolong.
         Didadap oppuHolong sakku ni bajuna, dilean ma ongkosna. Huroa dang sangka roha ni kenek on, nahalak batak OppuHolong, dibereng sian pardompahan dohot ulaonna.
        “Ai na dipanengel-nengel do, paula-ula doboan-boan palastik i, asa asi roha, paula-ula dang dibereng nga pinapungu ongkos” ninna siJatolhas muse, mandok tu siJamurhing, huhut dilean hepeng na jinalona sian oppuHolong.
          Didok oppuHolong ma “Dang na hupanengel-nengel lae, jala dang huharaphon asi niroha sian hamu, hagarar au do ongkoshu, gijjang ni rohami, kenek dope ho nga langitmu langitan…” tarmuruk ibana, huroa dang tartahansa be dang mandok hatana.
          “Bah, ai halak batak do pe hamu, sattabi ma oppung, sala ma au dihatakki, hurippu nakkinon dang batak hamu, marga aha do ho oppung” ninna siJatolhas huhut marsiberengan nasida nadua.
       “Dang adong marga-margana, jala dang oppungmu au, nandigan anakku manubuhon pahoppu songon ho na roha, leas roham mida napogos” ninna OppuHolong.

CERITA DAERAH - Dongeng Mas Di Dolok Pinapan

“Hajajadi ni Mas di Dolok Pinapan”Sumber  : Cerita rakyat dari dolok pinapan
publikasi : Amani Harapan Marbun

Bagaimana membangun Bona Pasogit kecamatan pakkat biar lebih maju?

         Telah 63 thn Indonesia merdeka, namun kemerdekaan itu hanya dinikmati para Koruptor.
Kita merdeka dari tangan penjajah asing namun sekarang kita dijajah lagi oleh para Koruptor jikalau kita jujur melihat di bagian mana saja sebenarnya yg banyak menghabiskan uang negara itu???
Kalau penulis melihat dari kasat mata adalah di bagian legislatif mulai dari pusat sampai kedaerah.

         Nah... kiat membangun Bona pasogit itu sangat di harapkan para legislatif yg di daerah punya moral dan kejujuran,Jangan semata - mata mau jadi legislatif hanya unutuk mencari uang masuk semata
         Di Indonesia para legislatif bila kita melihat sering studi banding ke luar negeri, pulang dari luar negri yg di bawa adalah oleh oleh yg mahal hanya untuk keluarga. Bukannya membawa buah tangan yg mahal untuk masyarakat yg ada di daerahnya. Yg jelas biaya mereka dari Kas Daerah kan... Coba dulu studi banding kedaerah dilihat infrastruktur mulai dari jalan sampai gedung sekolah... betapa menderitanya rakyat . Misalnya keadaan jalan Dolok SAnggul ke Medan hotmixnya bagus kan... di banding keadaan jalan Dolok SAnggul ke Kecamatan Pakkat..
Waduhhh.. musik mobil yg berbunyi pop slow tapi penumpang di dalam mobil berdangdut ria.
Nah... harapan kita ke depan agar para Executif dan Legislatif punya moral dan kejujuran.Serta para pengusaha yg telah sukses di perkotaan mau membuka usaha di daerahnya terutama Pengusaha dari Bona Pasogit sehingga daerah tersebut pertumbuhan ekonominya meningkat. dan para kaum muda di Bona Pasogit tidak selalu memikirkan Jadi Parjalang (Perantau).

Papatar Dambakan Pemekaran Desa karena jarak antara dusun

Masyarakat Kecamatan Pakkat, Parlilitan dan Tarabintang (Papatar), Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) sangat mendambakan pemekaran beberapa Desa. Alasan tersebut logis karena jarak antar dusun pada beberapa desa sangat jauh, akibat luasnya wilayah desa.


Keseriusan masyarakat Papatar dalam pengusulan pemekaran desa terlihat dari banyaknya usulan pemekaran hingga mencapai puluhan desa. Hal ini diakui oleh Camat Pakkat, Ratna Marbun BA, saat ditemui SINTA di ruang kerjanya, Senin (30/11).

Sebelumnya Kecamatan Pakkat telah mengusulkan 4 (empat) pemekaran desa namun masih 3 (tiga) usulan yang diterima oleh pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Humbahas yang disampaikan melalui bagian pemerintahan desa.

Desa yang diusulkan untuk pemekaran pada Kecamatan Pakkat yaitu Desa Hau Agong, Desa Pulo Godang, dan Desa Siambaton. Begitu juga pada Kecamatan Tarabintang, yang diusulkan yaitu Desa Marpadan Napa Horsik, Desa Mungkur Lae Maga, dan Desa Sibokkare Toruan.

Untuk Kecamatan Parlilitan yang telah diusulkan adalah Desa Natam Baringin dan Desa Sitapung, dan usulan tersebut masih menunggu realisasi dari Pemkab Humbahas.

Ismed Manik, warga Desa Sijarango I, Kecamatan Pakkat mengaku dan sangat mendukung usulan pemekaran beberapa Desa karena dengan adanya pemekaran tersebut beberapa dusun akan ditingkatkan menjadi desa.

“Desa Sijarango tadinya satu desa, kemudian tahun 2007 dimekarkan menjadi 2 Desa yaitu Desa Sijarango I dan Desa Sijarango II, dan hasilnya kedua Desa tersebut berlomba untuk mencapai kemajuan dan ini sudah terbukti, baik dari sisi kebersihan dan pembangunan fisik,” katanya.

SEJARAH PAKKAT DARI MULAI BERDIRINYA KEC PAKKAT

       Sejarah Pakkat dimulai dari migrasi orang-orang marga Pohan (Pardosi) ke Gotting atau Tukka yang sekarang masuk dalam wilayah kec. Pakkat atau dikenal dengan negeri Rambe.
       Naskah Jawi yang dialihtuliskan di sini dipetik dari kumpulan naskah Barus dan dijilidkan lalu disimpan di Bagian Naskah Museum Nasional Jakarta dengan no. ML 16. Dalam Katalogus van Ronkel naskah ini yang disebut Bat. Gen. 162, dikatakan berjudul “Asal Toeroenan Radja Barus”. Seksi Jawi pertama berjudul “Sarakatah Surat Catera Asal Keturunan Raja Dalam Negeri Barus.


Kisah dalam buku tersebut dimulai dengan kata-kata “Bermula dihikayatkan suatu raja dalam negeri Toba sila-silahi (Silalahi) lua’ Baligi (Luat Balige), kampung Parsoluhan, suku Pohan .” Raja yang bersangkutan adalah Raja Kesaktian dan dalam kisah itu tercatat bahwa anaknya, Alang Pardoksi (Pardosi), meninggalkan jantung tanah Toba untuk merantau.

Alang Pardosi meninggalkan keluarga dan rumahnya sesudah bertikai dengan ayahnya; bersama istri dan pengikutnya dia berjalan ke barat. Dalam sepuluh halaman pertama diceritakan perbuatan-perbuatan Alang Pardosi yang gagah berani, tanah yang dinyatakannya sebagai haknya di rantau, jaringan pemukiman baru yang didirikannya, dan perbenturannya dengan kelompok perantau lain dari Toba.

Alang Pardosi mengklaim hak atas sebidang tanah yang luas, yang merentang dari Kampung Tundang di Rambe (Pakkat sekarang), tempat ia menetap, ke barat sampai Singkil, ke timur sampai perbatasan Pasaribu, ke hilir sampai ke tepi laut. Termasuk di dalamnya Barus.

Keluarga yang berselisih dengan Alang Pardosi adalah keluarga Si Namora. Si Namorapun telah meninggalkan rumahnya di Dolok Sanggul sebagai akibat percekcokan dalam keluarga. Bersama istrinya dia menetap di Pakkat, dan Alang Pardosi, Sang Raja, menyadari kehadirannya ketika pada suatu hari dilihatnya sebatang kayu yang mengapung di sungai. Raja memungut upeti dari Si Namora sesuai dengan adat berupa kepala ikan atau binatang apapun yang dapat dibunuh Si Namora.

Si Namora berputera tiga orang yang beristrikan ketiga puteri Alang Pardosi. Akhirnya yang sulung dari ketiga putera Si Namora yaitu Si Purba, mengambil keputusan untuk mempermasalahkan hubungan antara kedua keluarga sebagai pemberi dan penerima upeti. Maksudnya itu dilaksanakan dengan mengakali Pardosi.

Untuk itu dia harus kembali ke kampung ayahnya di Toba; dia harus mengumpulkan kekayaan keluarga berupa kain dan pusaka. Lalu dari kain-kain itu Purba membuatkan patung seekor rusa yang rupanya bukan main hebatnya dan kepalanya dipersembahkan kepada Pardosi sebagai Upeti. Alang Pardosi begitu takut melihat persembahan tersebut dan begitu takut melihat binatang tersebut dan membebaskan keluarga Si Purba dari ikatan memberi upeti.

Setelah Alang Pardosi diperdaya, dia mencium adanya gugatan mengenai kedudukannya sebagai raja. Perang meletus dan si Purba memakai penghianatan untuk mengusir Alang Pardosi dan mengambil alih pemukimannya di Si Pigembar. Sebuah kudeta terjadi. Alang Pardosi kemudian mendirikan pemerintahan “in exile” di Huta Ginjang, kota yang baru dibangunnya.

Namun ada pembalasan dari pihak raja yang terusir. Saat kepemimpinan Si Purba pemukiman dirundung kelaparan. Raja yang sah, Alang Pardosi, diminta kembali untuk mengobati keadaan. Namun dia menolak dan meminta supaya si Purba membuatkannya rumah di Gotting, sebuah bukit antara Pakkat ke Barus, bukit tersebut dibelah oleh sebuh jalan yang menyempit di antara dinding batu napal yang keras, sekita lima kilometer dari Pakkat menuju Barus, di atas sebuah jalan sehingga semua orang yang ingin melalui jalan tersebut harus lewat di bawah rumahnya. Kedudukannya di sedemikian di persimpangan jalan-jalan penting memberi kekuasaan besar kepada Alang Pardosi yang menjadi raja yang paling berkuasa dari raja-raja Negeri Batak. Si Purba, kemudian, tinggal di tanah yang dibukan ayahnya yaitu Tanah Rambe atau Pakkat.

Jadi dalam kronik, Raja Alang Pardosi dengan demikian ditentukan sebagai pendiri garis keturunan baru. Proses ini berlanjut terus seusai dia wafat. Kedua anaknya, dari istri kedua puteri Aceh; Pucara Duan Pardosi dan Guru Marsakot Pardosi berpisah dan pindah ke arah yang berlainan supaya tidak bertikai.

Pucara Duan tinggal pindah ke arah pantai dan menetap di daerah Tukka yang pada abad ke-19 merupakan pusat besar untuk penghimpunan persediaan kapur barus dan kemenyan dan dari sana dibawa ke Barus.

Guru Marsakot pindah lebih dekat lagi ke tepi laut, ke suatu tempat yang bernama Lobu Tua. Di sana dia berjumpa dengan komunitas Tamil dan Hindu yang kapalnya terdampar. Guru Marsakot dijadikan raja mereka berdasarkan tuntunanya bahwa keluarganya mempunyai tanah tersebut. Maka tanah tersebut berkembang menjadi negeri yang makmur dengan nama Pancur atau Fansur menurut istilah Arab dikenal juga bernama Fanfur, yang didatangi orang India, Arab dan Aceh untuk berdagang.

Kedua cabang keluarga tersebut tetap berhubungan sampai dalam generasi berikutnya. Maka ketika anak Pucaro Duan, Raja Tutung (Raja Tuktung), terlibat dalam perselisihan dengan anak dan pengganti Si Purba, cabang keluarga dari Lobu Tua datang membantunya.

Saat Guru Marsakot wafat, ia digantikan oleh anaknya, Tuan Namura Raja. Anaknya, Raja Kadir, adalah raja pertama yang menjadi Muslim. Akhirnya Fansur diserang oleh orang “Gergasi” dan penduduk lari menyeberangi sungai untuk mendirikan dua pemukiman baru, Kuala Barus dan Kota Beriang.

Pada masa inilah, seorang putera Pasaribu, Sultan Ibrahimsyah Pasaribu mendirikan pemukiman di Barus bersama pengikutnya yang datang dari negeri Tarusan, di Minagkabau dan singgah terlebih dahulu di Bakkara. Mereka adalah keturuna Dinasti Hatorusan yang didirikan oleh Raja Uti, putera Tatea Bulan. Saat pemukiman Sultan Ibrahimsyah telah berkembang, dia baru menyadari bahwa tanah tersebut sudah ada yang menguasainya.

Anak dari Sultan Mualif, pengganti Raja Kadir setalah wafat, Sultan Marah Pangsu Pardosi, menggugat Ibrahimsyah yang menetap di negerinya. Namun Ibrahimsyah mengangkat sumpah untuk membuktikan bahwa dialah yang menjadi pemiliknya. Kompromipun terjadi dan didirkan dua pemukian di barus, yang satu di Hulu dan yang lain di Hilir.

Sultan Ibrahimsyah kemudian menikah dengan Putri Sultan Marah Pangsu. Dalam perkembangan politik berikutnya, saat wafatnya Sultan Marah Pangsu, Ibrahimsyah membunuh semua anak laki-laki Marah Pangsu agar dia bisa menjadi satu-satunya raja di Barus.

Ternyata otoritas kerajaan hulu dipegang oleh saudara Marah Pangsu yaitu Sultan Marah Sifat yang telah mengunsi dan membuka wilayah baru bernama Si Antomas (Manduamas?) pada tahun 710 Hijriyah. Marah Sifat berkoalisi dengan Aceh untuk memeriangi Ibrahimsyah Pasaribu. Sultan Aceh menyatakan perang kepda penguasa tunggal Barus, Ibrahimsyahpun dipenggal dalam sebuah perang penyerbuan ke Barus pada tahun 785 Hijriyah.

Kepalanya dibawa ke Aceh dan Raja Aceh menendang dan menghinanya. Sebagai akibat perlakukan Ibrahimsyah yang marah dan tidak mau menyesal. Namun, karma terjadi kepara penguasa Acej tersebut dan dia jatuh sakit. Supaya sembuh, dia memutuskan untuk membayar kerugian kepada kepala tersebut.

Kepala Sultan Ibrahimsyah dikirim kembali ke Barus dengan kekhidmatan dan upacara kerajaan, diiringi sepucuk surat yang membebaskan Barus dari keharusn membayar upeti kepada Aceh.

Sesudah itu kedua keluarga raja Barus; Pardosi dan Pasaribu, hidup berdampingan selaman beberapa generasi dalam hubungan yang kurang lancar. Marah Sifat digantikan oleh anaknya Raja Bongsu, Sultan Marah Bongsu. Ibrahimsyah digantikan oleh Sultan Yusuf dengan gelar Raja Uti yang kemudian gugur di Aceh ketika membalas dendam atas kematian ayahnya. Dia digantikan oleh Sultan Alam Syah yang mempunyai dia anak Raja Marah Sultan dan Sultan Nan Bagonjong Pasaribu.

Pada masa ini peraturan dan undang-undang negara dikodifikasi. Termasuk adat dan tatacara upacara dan pengangkatan pembesar. Hukum dan undang-undang yang berlaku adalah perbaduan adat Batak, adat Melayu, adat Aceh, adat Hindu dan adat orang Islam. Lebih jelas mengenai detail undang-undang tersebut lihat nahkah asli dari hikayat tersebut.

Pada tahun 1050 Hijriyah atau atahun 1644 M, Belanda datang dan meminta ijin untuk bermukim dan mendirikan koloni perdagangan di Barus.

Kronik dalam buku hikayat ini juga menceritakan bahwa kepemimpinan raja-raja belia dari hulu dengan bendahara (perdana menteri) berasal dari hilir selama mereka belum akil.

Yang pertama dari bendahara itu ialah Marah Sultan, wali untuk anak Maharaja Bongsu, Raja Kecil. Sultan Maharaja Bongsu sendiri pada tahun 1054 Hijriyah berhasil memakmurkan negerinya dengan berbagai kebijakan politiknya. Pada waktu itu Marah Sultan beristrikan saudari Raja Kecil. Sesudah Marah Sultan wafat, anaknya, Sultan Marah Sihat, memfitnah Raja Kecil; kepada Daulat, raja Minang, diceritakan bahwa Raja Kecil tidak mengenal agama dan tidak mau mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan. Termakan oleh fitnah jahat tersebut, Daulat membunuh Raja Kecil. Pendukung Kesultanan Pardosi, yakni orang-orang Manullang mengajak Belanda untuk memerangi Raja Daulat. Dia akhitnya melarikan diri.

Meskipun demikian Sultan Marah Sihat menyarankan agar Raja Muda di Hulu Sultan Marah Pangkat Pardosi yang diangkat menjadi pengganti raja dan bukan anaknya sendiri yang bernama Sultan Larangan Pasaribu. Sultan Pangkat dianggapnya layak menjadi raja tunggal sebab dialah yang memegang pusaka-pusaka yang tepat.

Sultan Marah Pangkatpun diangkat menjadi raja pada tahun 1170 Hijriyah. Setelah dia wafat dia digantikan oleh putera mahkota Sultan Baginda Pardosi pada tahun 1213 Hijriyah. Di masa kepemimpinan Marah Pangkat, dia melakukan banyak pembaharuan olitk dan hukum. Diantaranya, beberapa peraturan mengenai hak tanah, perbatasan kerajaan dan adat yang berlaku kepada rakyatnya di Barus.

Pada tahun 1194 Hijriyah, perusahaan Belanda hengkang dari Barus karena tumpur dan bangkrut. Beberapa tahuan sebelum abad ke-20 mereka kembali lagi.

Raja di Hilir, Sultan Larangan marah dan kecewa dengan sikap ayahnya tersebut. Maka dia meninggalkan Barus dan menetap di Sorkam. Di sana dia menamakan diri Tuanku Bendahara meskipun dia tidak memegang tampuk pemerintahan.

Kompetisi kekuasaan antara penguasa Hulu dan Hilir yang digambarkan sebagai pertikaian Barus dan Sorkam berlangsung beberapa generasi. Di Barus, putera Sultan Marah Pangkat yakni Raja Adil, menggantikan ayahnya dan memperkukuh perjanjian-perjanjian yang ada antara Barus dan berbagai daerah Batak pedalaman. Raja Adil diangkat menjadi raja pada tahun 1213 Hijriyah (1789 M). Pada tahun 1241 H (1824 M) digantikan oleh anaknya sendiri Sultan Sailan Pardosi.

Di Sorkan sesudah Sultan Larangan wafat, saudaranya Sultan Kesyari Pasaribu mengadukan kepada komunitas Batak Pasaribu kedudukannya yang rendah, wewenangnya yang kurang besar dan alat kerajaan yang tidak boleh dipakainya. Dia berhasil, akhirnya dia diangkat menjadi Raja Bukit di Sorkam, meskipun raja Barus tidak mengakui otoritasnya.

Sultan Kesyari wafat dan digantikan oleh puteranya Sultan Main Alam. Dia terlibat perselisihan dengan kesultanan Pardosi, Sultan Sailan yang bergelar Tuanku Raja Barus. Tuanku Raja Barus tidak mengijinkan Sultan Main Alam Pasaribu untuk menggunakan alat-alat dan simbol-simbol kerajaan dalam pernikahannya.

Sultan Pasaribu ini meminta pertolongan politk dengan komunitas Meulaboh (Aceh) yang berdomisili dalam koloni mereka di Kota Kuala Gadang, Barus. Main Alam mendapatkan keinginanya saat dia diakui menjadi raja mereka dan memberinya gelar Tuanku Bendahara. Perang meletus. Antara Pasukan Pardosi dengan Pasukan Pasaribu yang didukur prajurit-prajurit Meulaboh dan Aceh dari Kuala Gadang. Dikisahkan, orang Meulaboh ternyata juga ingin mendapat pembagian kekuasaan di Barus.

Sultan Baginda pardosi wafat pada tahun 1241 Hijriyah dan digantikan oleh Putera Sultan sailan. Setelah Sultan Sailan wafat dia digantikan oleh putranya Sultan Limba Tua. Di era ini belanda sudah mulai berkuasa. Mereka berhasil menduduki Barus dengan mengadu domba antara penguasa Hilir dan Hulu Barus yang selama beberapa genarasi saling bunuh-bunuhan walau mereka sudah terikat tali perkawinan satu sama laina. Selama tiga generasi berikutnya Kesultanan Batak yang dipegang oleh Kesultana Pardosi dari Tukka dan Kesultanan Pasaribu keturunan Kerajaan Hatorusan, Raja Uti, pun akhirnya punah. Kesultanan Pardosi berakhir ditangan generasi terakhir Sultan Marah Tulang yang menjadi raja pada tahun 1270 H atau sekitar tahun 1856.

Kesultanan Pardosi, mulai dari Raja Kadir Pardosi yang masuk agama Islam sampai generasi terakhir berasal dari satu keluarga dan pewarisan tahta yang dipegang oleh satu keluarga. Yaitu orang Batak yang berasal dari Tukka.

Silsilah Dinasti Kesultanan Batak Pardosi di Barus.

Raja Tua Pardosi Raja Kadir Pardosi Raja Mualif Pardosi Sultan Marah Pangsu Pardosi (700-an Hijriyah) Sultan Marah Sifat Pardosi Tuanku Maraja Bongsu Pardosi (1054 H) Tuanku Raja Kecil Pardosi Sultan Daeng Pardosi Sultan Marah Tulang Pardosi Sultan Munawah Syah Pardosi Sultan Marah Pangkat Pardosi (1170 H) Sultan Baginda Raja Adil Pardosi (1213 H) Sultan Sailan Pardosi (1241 H ) Sultan Limba Tua Pardosi Sultan Ma’in Intan Pardosi Sultan Agama yang bernama Sultan Subum Pardosi Sultan Marah Tulang yang bernama Sultan Nangu Pardosi (1270 H)

Sunday 14 February 2016

KABAR DARI DESA AMBOBI-PARANGINAN (AMPAR)


Inilah dokumentasi dari desa ambobi paranginan. Saya putra Ampar mengupload beberapa foto sebagai berikut



PENAMPAKAN DESA AMBOBI DARI SATELIT

SOR-SOR GADONG AMBOBI


(DARI KANAN)  DEDI, MADI, GUSTI, TONI, BAYU

DI SAPPURAN AEK NABARA

(SAYA) DI POS POLISI AMBOBI

Terimakasih telah mampir ke blog saya. Semoga hari hari anda menyenangkan